zmedia

Jangan Jadi Anak Hilang

Source: islamsantun.org
HARIANCENDEKIA, SURABAYA - Sebuah filosofi yang sangat hangat, namun penuh makna. Kalimat tersebut tak henti disampaikan oleh para masyayikh dalam kegiatan-kegiatan pondok. Bagaimana agar tidak hilang setelah lulus dari pondok? Apakah sekedar mengunjungi pondok adalah bentuk untuk tidak hilang? Bagaimana seseungguhnya makna tidak menjadi anak hilang sebenernya.

Berpegang teguh Pada Nilai Yang Diajarkan

Tidak hanya nilai-nilai agama, pondok juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang sangat bergunan sebagai bekal kehidupan di masyarakat. nilai-nilai tersebut bukan sekedar diamalkan di pondok, tetapi menjadi kompas hidup sepanjang hayat sekaligus mengalirkan keberkahan.

Kurikulum kehidupan yang 24 jam diajarkan di pondok dari bangun tidur hingga tidur kembali adalah sebuah anugerah tak ternilai. Di dalamnya, ada pelajaran yang tak tercatat dalam buku, tapi mengalir dengan setiap detak kehidupan.

Di setiap sudut pondok, ada nilai-nilai yang meresap dalam diri, membentuk karakter dan membangun pondasi spiritual yang kuat. kehidupan di pondok adalah kesempatan untuk memperdalam diri, menyelaraskan hati dan pikiran, serta meletakkan pijakan yang kokoh untuk melangkah ke dunia luar dengan bijak dan penuh kesadaran.

Tetap Menjaga Silaturrahmi Dengan Teman, Guru dan Masyayikh

Setelah lulus dari pondok, tentu kita akan kembali ke masyarakat, bertemu dengan banyak orang dan pengalaman baru. Saat di pondok, kita bertumbuh bersama sahabat serta dikelilingi oleh para guru dan masyayikh yang menjadi sumber cahaya ilmu. Namun, apa arti semua yang kita pelajari jika kita lupa untuk menjaga tali silaturrahmi yang telah terbentuk selama di pondok?

Di tengah kesibukan duniawi, bertemu dan berkumpul dengan kawan pondok, mengenang masa-masa selam mondok, saling menasehati jika menemui keraguan dalam hidup akan menjadi oase yang menyenangkan bagi kita. Selain itu, sempatkan juga untuk berkunjung ke pondok atau mengikuti acara acara tahunan yang diselenggarakan pondok, bertemu dan mendengar kembali untaian kalimat kalimat menyejukkan dari para guru dan masyayikh kita.

Mengunjungi pondok adalah upaya agar kita terus terkoneksi saat kita mungkin tersesat dalam nikmat dunaiwi. Namun, jika kita terkendala dengan jarak, masih ada media ssosial seperti instagram, saluran wa serta youtube yang bisa menjadi perantara agar kita terus menjalin hubungan spiritual dengan para masyayikh. Silaturrahmi bukan hanya sekadar pertemuan fisik atau sekadar bertukar kabar melalui pesan singkat.

Silaturrahmi yang sejati adalah tentang membangun ikatan yang mendalam, tentang berbagi nasehat kehidupan dan saling memberi dukungan dalam setiap langkah kehidupan. Dengan tetap terhubung, kita tidak hanya menjaga hubungan sosial, tetapi juga menjaga ruh yang telah dibentuk selama di pondok, ruh yang akan membimbing kita dalam menghadapi berbagai ujian hidup yang penuh dengan tantangan.

Terus Belajar

Jangan berhenti belajar, terus hauslah untuk menuntut ilmu kemanapun dan kapanpun. Ilmu dunia dan akhirat haruslah dipadukan dengan sempurna agar tercipta keseimbangan dalam menjalani kehidupan. Ada sebuah kesenangan tersendiri ketika kita mengetahui suatu pengetahuan baru, lebih-lebih bisa kita bagikan dan bermanfaat bagi banyak orang.

Ilmu adalah lenteran kehidupan, lentera itulah yang juga mengisi hari-hari kita di pondok dahulu. Kualitas ilmu yang kita peroleh di pondok adalah fondasi, tetapi yang menentukan bagaimana kita melangkah selanjutnya adalah komitmen kita untuk terus belajar, menggali, dan berkembang.

Dengan terus belajar, kita menjaga diri kita dari rasa puas yang berlebihan. Kita juga memastikan agar nilai-nilai yang telah kita serap di pondok yakni kedalaman spiritual, rasa hormat terhadap ilmu, dan semangat untuk berbagi pengetahuan dapat tetap terjaga. Jangan sampai kita menjadi anak yang hilang di tengah arus kehidupan yang penuh dengan godaan untuk melupakan akar dan nilai-nilai yang telah kita terima.

Jadilah pribadi yang senantiasa haus akan pengetahuan, karena dengan begitu kita akan terus berkembang, adaptif dengan perubahan serta menginspirasi orang lain di sekitar kita. Jadi jangan lelah untuk terus belajar yaaa.

Jaga Nama Baik Pondok

Menjaga nama baik pondok setelah lulus dimulai dari hal yang paling dekat dan sederhana, yakni dengan menjadi pribadi yang baik dalam hubungan dengan Allah (hablum minallah), dengan sesama manusia (hablum minanas) dan alam.

Sesibuk apapun kita setelah lulus, tetaplah menjaga ibadah wajib, rutin membaca Al-Qur'an, dan memperbanyak amalan sunnah. Lulus dari pondok bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan hidup yang lebih luas. Pondok harus kita jadikan sebagai fondasi yang kokoh untuk melangkah dengan percaya diri, tetap berpegang pada nilai-nilai yang telah diajarkan, dan terus berjalan di jalan yang diridhai Allah.

Selain itu, menjaga nama baik pondok juga sangat bergantung pada bagaimana kita bersosialisasi dengan masyarakat, kita harus senantiasa menjaga ucapan dan berperilaku dengan adab yang baik. Masyarakat akan menilai kita dari tindakan dan sikap kita, kita dapat memperlihatkan bahwa nilai-nilai pondok yang telah kita pelajari terus hidup dalam diri kita.

Dengan menjaga kualitas diri, konsistensi dalam beribadah, dan berakhlak mulia dalam bersosialisasi, kita bukan hanya menjaga nama baik pondok, tetapi juga menjadi contoh yang memberi dampak positif bagi masyarakat.

Percayalah, meskipun kita telah lulus, para masyayikh selalu mendoakan agar para alumni dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat, menjaga nilai-nilai pondok yang telah ditanamkan, dan menjadi agen kebaikan yang senantiasa mengalirkan ilmu. Doa mereka tidak pernah terputus, sebagai harapan agar setiap langkah kita setelah lulus selalu sejalan dengan prinsip-prinsip yang telah diajarkan di pondok.

Para masyayikh ingin melihat para alumni tidak hanya sukses dalam kehidupan dunia, tetapi juga tetap teguh dalam menjaga akhlak dan komitmen terhadap agama. Mereka akan merasa sedih dan kecewa jika ada alumninya yang berbuat sesuatu yang melanggar agama, atau bahkan tindakan yang mempermalukan nama pondok.

Pondok bukan sekadar tempat menuntut ilmu, tetapi juga tempat membentuk pribadi yang penuh rasa tanggung jawab. Ketika kita keluar dari pondok, kita membawa serta amanah besar, bukan hanya bagi diri kita sendiri, tetapi juga untuk menjaga marwah pondok yang telah membesarkan kita. Tindakan kita di masyarakat adalah refleksi dari kualitas pendidikan yang pernah kita terima, dan oleh karena itu, menjaga nama baik pondok adalah kewajiban yang tak boleh diabaikan.

Sebagai penutup, kita harus selalu mengingat bahwa misi pondok kita (Al Amien Prenduan) bukan hanya sekadar mencetak individu yang unggul, tetapi juga mewujudkan Khoiru Ummah, umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia.

Begitupun misi khusus untuk menghasilkan kader-kader ulama dan pemimpin umat yang Mutafaqqih fi al-Dîn, baik sebagai ilmuwan dan praktisi, kita diharapkan untuk melaksanakan dakwah yang membawa kebaikan, menyeru pada yang ma’ruf, mencegah yang munkar serta indzâr al-qoum.

Mari kita buktikan bahwa pendidikan yang kita terima di pondok tidak hanya menjadikan kita cerdas dalam teori, tetapi juga tangguh dalam mengamalkan ilmu demi kebaikan umat dan masyarakat.

*) Penulis: Dyantika.
*) Seluruh isi berita, artikel, opini sepenuhnya tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi.
**) Dapatkan akses informasi HARIAN CENDEKIA lebih mudah dan cepat di Saluran WhatsApp dan Instagram, jangan lupa di follow.
IKLAN SIDEBAR Donasi ini akan digunakan sepenuhnya untuk mendukung operasional, pengelolaan konten, dan pengembangan website.