![]() |
| Ahmad Rizal, M. E |
HARIANCENDEKIA, OPINI - Peringatan Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober memiliki makna penting sebagai momentum refleksi terhadap peran strategis santri dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan penguatan nilai-nilai keimanan. Santri berfungsi sebagai penjaga tradisi keislaman sekaligus penggerak moral kebangsaan yang berkontribusi signifikan terhadap sejarah perjuangan nasional serta pembentukan karakter masyarakat Indonesia.
Dalam konteks pendidikan pesantren di berbagai wilayah Nusantara, internalisasi nilai keikhlasan, kesederhanaan, dan semangat keilmuan menjadi fondasi utama proses pembelajaran. Integrasi antara penguasaan ilmu pengetahuan dan pembinaan akhlak menjadikan santri tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki kedewasaan spiritual yang kuat.
Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas, dalam sambutannya pada upacara peringatan Hari Santri di Jakarta, menyatakan bahwa santri merupakan teladan dalam mengintegrasikan ilmu dan iman. Beliau menekankan bahwa proses pembelajaran bagi santri tidak semata-mata berorientasi pada pencapaian akademik, melainkan juga pada pencarian keridaan Tuhan sebagai tujuan utama pendidikan.
Pondok pesantren, sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, menunjukkan kemampuan adaptif terhadap perkembangan zaman. Transformasi digital dan penerapan metode pembelajaran modern dilakukan tanpa mengabaikan nilai-nilai fundamental keislaman. Kurikulum pesantren masa kini mencakup pembelajaran kitab klasik (kitab kuning) sekaligus ilmu pengetahuan modern seperti sains, teknologi, dan ilmu sosial.
Salah satu santri Pondok Pesantren Tebuireng, Ahmad Rifqi, menyatakan bahwa menjadi santri merupakan bentuk pengabdian terhadap ilmu dan kemanusiaan. Menurutnya, ilmu harus memiliki manfaat sosial dan menjadi sarana untuk memperkuat iman serta keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
Peringatan Hari Santri tahun 2025 diselenggarakan melalui berbagai kegiatan seperti apel santri, lomba karya tulis ilmiah, dan kegiatan bakti sosial di sejumlah pesantren. Aktivitas tersebut bertujuan untuk memperkuat solidaritas, menumbuhkan semangat nasionalisme, serta meningkatkan kepedulian sosial di kalangan santri.
Keteladanan santri dalam mengintegrasikan ilmu dan iman mencerminkan bahwa kemajuan bangsa tidak hanya bergantung pada kecerdasan intelektual, tetapi juga pada kedalaman spiritual. Nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan kesederhanaan yang diwariskan dari tradisi pesantren menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat dalam membangun peradaban yang beretika dan berkeadaban. (*)
*) Penulis: Ahmad Rizal M. E.
**) Seluruh isi berita, artikel, atau opini sepenuhnya tanggung penulis, tidak menjadi tanggungjawab redaksi.

