zmedia

Memahami Strukturalisme: Pola, Relasi, dan Makna dalam Sistem

(Doc. Istimewa) Memahami Strukturalisme: Pola, Relasi, dan Makna dalam Sistem
HARIANCENDEKIA, SURABAYA - Dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari bahasa, sastra, hingga budaya, terdapat pola dan hubungan yang membentuk makna. Strukturalisme, sebagai pendekatan teoretis, berusaha mengungkap struktur tersembunyi yang menjadi dasar dari sistem-sistem tersebut. Pendekatan ini mengajarkan bahwa makna tidak muncul secara individual, melainkan melalui relasi antar elemen dalam suatu sistem. Dengan memahami struktur ini, kita tidak hanya melihat fenomena sebagai sesuatu yang terpisah, tetapi sebagai bagian dari jaringan yang lebih luas dan kompleks.

Tiga Konsep Utama dalam Strukturalisme

Strukturalisme bertumpu pada tiga konsep utama dalam memahami bagaimana suatu struktur bekerja, berkembang, dan mempertahankan keseimbangannya. Totalitas sebagai landasan struktur memastikan bahwa autoregulasi dan transformasi terjadi dalam batas tertentu, sehingga integritas sistem tetap terjaga meskipun ada perubahan dan penyesuaian.

Totalitas
Totalitas menunjukkan bahwa suatu struktur terdiri dari berbagai unsur yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Struktur tidak bisa direduksi menjadi bentuk individualnya, melainkan harus dipahami dalam konteks hubungannya dengan unsur lain dalam satu kesatuan utuh. Setiap unsur berkontribusi terhadap makna keseluruhan, sehingga perubahan dalam satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya.

Autoregulasi
Autoregulasi memungkinkan struktur tetap utuh meskipun ada perubahan pada satu atau beberapa unsurnya. Sistem ini menciptakan mekanisme dinamis di mana elemen-elemen dalam struktur saling mendukung dan mempengaruhi. Dengan adanya autoregulasi, totalitas tetap terjaga saat struktur bertransformasi menjadi lebih kompleks dan fungsional. Jika satu unsur berubah atau hilang, unsur lainnya akan menyesuaikan agar keseimbangan tetap terjaga, tanpa bergantung pada faktor eksternal.

Transformasi
Setiap unsur dalam struktur memiliki potensi untuk berubah dan beradaptasi. Transformasi adalah kunci dalam memahami bagaimana unsur-unsur dalam suatu sistem berfungsi dan berkembang seiring waktu. Lebih jauh, transformasi juga berperan dalam pembentukan makna ketika unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dan menyesuaikan diri. Sifat dinamis dari transformasi inilah yang menghubungkan satu unsur dengan unsur lainnya dalam membentuk keseluruhan struktur.

Strukturalisme Ferdinand de Saussure: Memahami Bahasa sebagai Sistem

Ferdinand de Saussure adalah salah satu tokoh utama dalam strukturalisme yang berfokus pada analisis bahasa sebagai sistem tanda. Ia mengembangkan konsep langage, langue, dan parole untuk menjelaskan bagaimana bahasa berfungsi dalam masyarakat.

1. Langage: Kemampuan Berbahasa yang Universal

Langage merujuk pada kemampuan alami manusia dalam menggunakan sistem tanda untuk berkomunikasi, yang membedakannya dari hewan. Langage mencakup aspek psikologis, sosial, dan biologis yang diwujudkan dalam bentuk sistem bahasa (langue) dan penggunaannya oleh individu (parole). Langage bersifat konvensional, produktif, dan arbitrer, serta berkembang dalam sistem sosial tertentu.

2. Langue: Struktur Bahasa yang Disepakati

Langue adalah sistem, struktur, dan kerangka abstrak yang menjadi dasar komunikasi, termasuk kosakata, tata bahasa, dan norma bahasa lainnya. Sebuah komunikasi tidak dapat terjadi tanpa langue karena struktur dan simbol yang digunakan harus memiliki kesepakatan bersama.

Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, kalimat "Saya makan nasi" adalah struktur yang benar, sementara "Makan saya nasi" tidak sesuai dengan tata bahasa umum. Langue adalah kesepakatan sosial yang tidak bisa dirancang, diubah, atau diciptakan secara pribadi karena merupakan kontrak kolektif dalam suatu komunitas tutur. Oleh karena itu, langue cenderung stabil dan perubahan di dalamnya memerlukan waktu serta persetujuan kolektif.

3. Parole: Aktualisasi Bahasa dalam Penggunaan Nyata

Parole adalah realisasi bahasa oleh individu dalam bentuk tindakan konkret. Parole mencakup cara seseorang berbicara dan mengekspresikan diri, yang dapat merepresentasikan kreativitas, gaya pribadi, atau bahkan penyimpangan dari standar bahasa. Dalam parole, seseorang bisa menggunakan dialek, slang, atau improvisasi tertentu yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan tata bahasa langue.

Hubungan antara langue dan parole bersifat timbal balik. Langue memungkinkan adanya parole dan mempengaruhi cara masyarakat berbicara, menulis, serta berpikir. Namun, langue hanya menjadi lengkap ketika diwujudkan melalui parole. Sederhananya, jika konsep ini dianalogikan dalam pembuatan film, langage adalah kemampuan universal manusia untuk membuat film, langue adalah sistem atau alat yang digunakan (lampu, kostum, latar), sedangkan parole adalah cara film itu diproduksi dan dikreasikan.

Tanda dalam Strukturalisme: Penanda dan Petanda

Saussure juga mengembangkan konsep tanda (sign) dalam bahasa, yang terdiri dari dua elemen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified).

Penanda (Signifier)
Penanda merujuk pada aspek fisik dari sebuah tanda, seperti kata-kata yang diucapkan, tulisan, simbol, atau gambar. Misalnya, kata "kucing" yang tertulis atau diucapkan adalah bentuk penanda yang bisa dirasakan oleh indra.

Petanda (Signified)
Petanda adalah konsep atau makna yang dihubungkan dengan penanda. Ketika seseorang membaca atau mendengar kata "kucing", yang muncul dalam pikirannya adalah konsep tentang hewan berkaki empat yang berbulu dan memiliki karakteristik tertentu.

Hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer dan konvensional, yang berarti makna tanda bergantung pada konteks dan relasi dengan tanda lain dalam sistem bahasa. Kita memahami konsep "kucing" bukan hanya karena kata itu sendiri, tetapi karena kita juga memahami konsep lain seperti "anjing" atau "ayam" dalam suatu sistem relasional.

Melalui pemikiran Ferdinand de Saussure, kita menyadari bahwa bahasa dan makna tidak berdiri sendiri, tetapi bergantung pada hubungan dan struktur yang menghubungkan setiap elemen. Konsep langue dan parole, serta gagasan tentang tanda, penanda (signifier), dan petanda (signified), membuka perspektif baru dalam memahami bagaimana manusia membangun dan memaknai realitas melalui sistem simbol.

Strukturalisme mengajarkan bahwa makna bersifat relatif dan terbentuk melalui perbedaan, bukan melalui esensi. Pendekatan ini bukan sekadar teori linguistik, tetapi juga cara berpikir yang memungkinkan kita melihat dunia sebagai sistem keterkaitan yang lebih luas. Dengan memahami strukturalisme, kita dapat menggali lebih dalam bagaimana makna terbentuk dalam bahasa, sastra, dan budaya, serta bagaimana sistem-sistem ini terus berkembang seiring waktu.

*) Penulis: Dyantika.
*) Seluruh isi berita, artikel, opini sepenuhnya tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi.
**) Sumber: berbagai sumber.
***) Dapatkan akses informasi HARIAN CENDEKIA lebih mudah dan cepat di Saluran WhatsApp dan Instagram, jangan lupa di follow.

IKLAN SIDEBAR Donasi ini akan digunakan sepenuhnya untuk mendukung operasional, pengelolaan konten, dan pengembangan website.