zmedia

Bangkitkan Minat Baca! Nafia Humaira, Duta Pustaka Jawa Timur Gagas Program NARASI (Nafi Gelar Literasi)

(Doc. Istimewa) Neni Zulfatun Nafia Humaira, Duta Pustaka Jawa Timur menggagas program Narasi (Nafi Gelar Literasi).
HARIANCENDEKIA, MALANG - Minat baca di Indonesia masih menjadi tantangan besar yang perlu mendapat perhatian serius. Menyadari pentingnya literasi dalam membangun peradaban, Neni Zulfatun Nafia Humaira, Duta Pustaka Jawa Timur menggagas program Narasi (Nafi Gelar Literasi). Program ini bertujuan untuk menghidupkan kembali budaya membaca, serta meningkatkan kesadaran literasi di kalangan pelajar, Sabtu (01/2/2025).

Penurunan minat generasi muda dalam memperoleh informasi melalui membaca menjadi keresahan yang mendalam. Menurut Nafi sapaan akrabnya, Narasi bukan sekadar program untuk meningkatkan literasi, namun memiliki misi yang lebih luas.

"Ibarat sekali mendayung tiga pulau terlampaui," ujarnya

"Melalui satu seminar dalam program Narasi, saya ingin mencapai tiga tujuan sekaligus. Pertama, sebagai bentuk pengabdian kepada Jawa Timur. Kedua, untuk memperkenalkan kampus saya tercinta, Universitas Islam Malang (UNISMA). Dan yang tak kalah penting, mendukung eksistensi sekolah-sekolah bermutu yang masih belum tersentuh oleh media," tambahnya.

Lebih lanjut, Nafi menegaskan bahwa Narasi bukanlah wacana baru, melainkan program yang telah berjalan bahkan sebelum dirinya mengikuti ajang Duta Pustaka Jawa Timur. Komitmen terhadap literasi telah ia buktikan melalui berbagai kegiatan yang telah terlaksana di sejumlah sekolah, seperti SMK Asyafi’iyah Pakisaji, SMK Budi Mulia Pakisaji, SMPN 1 Kepanjen, hingga Sekolah Dasar di pelosok desa.

"Program unggulan Narasi yang saya gunakan untuk berkontestasi dalam ajang pemilihan Duta Pustaka Jawa Timur 2024, sebenarnya sudah berjalan lebih dulu sebelum saya dikukuhkan sebagai Duta Pustaka, Saya ingin menunjukkan aksi nyata bahwa literasi bukan hanya slogan, tetapi benar-benar menjadi kebiasaan," tegasnya

Lebih jauh Nafi menekankan bahwa Narasi bukan sekadar program kerja, melainkan wujud nyata kontribusi bagi pendidikan. Aktivis perempuan asal Malang ini meyakini bahwa manusia yang dianugerahi akal seharusnya dapat menyumbangkan pemikiran dan gagasan bagi generasi mendatang.

“Hewan yang tidak berpikir saja dapat menyediakan sumber pangan bagi manusia. Harusnya manusia yang dikaruniai akal, sekecil apa pun perannya, mampu memberi pengaruh dan kontribusi bagi peradaban. Dengan prinsip inilah saya berani keluar dari zona nyaman dan berupaya memberi sumbangsih nyata dalam sektor pendidikan” tambahnya.

Langkah ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, terutama dari kalang pendidik dan komunitas literasi. Nafi berharap, Narasi dapat menjangkau lebih banyak sekolah dan menginspirasi lahirnya gerakan literasi lainnya. 

"Terus bersentuhan dengan aktivitas literasi memungkinkan pengetahuan terekam kuat dalam ingatan. Wawasan itu akan membuat seseorang berwibawa ketika berbicara. Dengan kata lain, membaca bukan sekadar aktivitas, melainkan kunci utama dalam menguasai seni berbicara, sebuah keterampilan mendasar yang wajib dimiliki oleh para akademisi," pungkasnya.

*) Pewarta: Redaksi Harian Cendekia.
**) Dapatkan akses informasi HARIAN CENDEKIA lebih mudah dan cepat di Saluran WhatsApp dan Instagram, jangan lupa di follow.