![]() |
Miranda F. Seorang perempuan kelahiran Aceh 28 tahun lalu, terus berlatih menulis sejak tahun 2020 untuk bermanfaat~ |
Istilah mengacu pada kemampuan diri dalam menahan hasrat untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan (non-esensial). Singkatnya, menantang diri untuk tidak terlampau konsumtif.
Konsumsi yang lebih bijak dipercaya mementingkan kualitas di setiap pembelian barang. Di sisi lain, mengurangi konsumsi berlebihan turut mendukung penurunan lonjakan limbah sebagai proses distribusi produk.
Lalu bagaimana No Buy Challenge membentuk tren hidup hemat di tahun 2025 ini? Berikut tiga alasan yang menjadi pertimbangan.
Paham akan Prioritas Belanja
Lewat No Buy Challenge seseorang menjadi lebih teliti dalam membuat daftar belanja atau shopping lists. Daftar belanja kerap dipandang sebagai alat pengingat sehingga berbelanja cenderung efisien.
Secara tidak langsung daftar belanja memberikan gambaran produk mana yang benar-benar dibutuhkan. Riset yang dilakukan oleh Davydenko and Peetz (2020) turut memperlihatkan dampak positif dari daftar belanja terhadap kebutuhan barang.
Seperti dapat menekan jumlah barang yang dibeli selama belanja daring. Meskipun terkadang, sedikit pembelian tidak selalu merupakan keputusan yang baik (tergantung tujuan), konsumsi bijak mungkin memiliki implikasi yang lebih luas.
Salah satunya berupa pengambilan keputusan finansial. Konsumsi yang bijak memberi batasan tertentu saat berbelanja, yang mana seseorang tidak sembarangan apalagi berlebihan membeli barang.
Di samping itu, pemahaman kebutuhan belanja dapat mengendalikan godaan belanja. Ketertarikan dengan segala macam promosi di media sosial lama-lama berkurang sejalan dengan tujuan belanja.
Apabila rencana belanja dipertahankan terus-menerus maka bisa membantu pengelolaan finansial yang hemat dalam jangka panjang. Umumnya seseorang mudah memantau rencana pembelian dibandingkan menjelajahi harga barang.
Paham akan Estimasi Pengeluaran
Rencana belanja tidak lepas dari anggaran yang dikeluarkan. Tantangan untuk tidak membeli barang-barang non-esensial memberi pemahaman lebih terkait pergerakan saldo di rekening.
Bisa dikatakan, seseorang yang mengikuti tren No Buy Challenge cenderung memperhatikan arah pengeluaran. Di samping itu, tren juga membuat pertimbangan tersendiri pada layanan berlangganan.
Misalnya dalam bulan lalu, pengeluaran untuk belanja berkisar Rp3.000.000 termasuk layanan berlangganan. Ini artinya dalam satu bulan kedepan anggaran belanja bisa dikurangi seperempat atau sesuai target tantangan.
Dengan memilah mana kebutuhan yang benar-benar harus dipenuhi, evaluasi finansial dapat dilakukan. Evaluasi finansial memastikan daya keuangan dialokasikan secara efisien sejalan tujuan dan kebutuhan masa mendatang.
Evaluasi finansial membuat seseorang disiplin dengan pemasukan yang diperoleh dan pengeluaran yang diprioritaskan. Baik pendapatan maupun pengeluaran tidak akan terlampau berat sebelah.
Tidak hanya sebagai alokasi finansial, evaluasi anggaran membantu seseorang mempelajari kebiasaan menghemat yang lebih cerdas. Seperti yang disampaikan oleh Mia Danielle (2023), seorang penggagas The Mind Your Home Podcast dalam laman jurnal pribadinya.
Konsisten akan Target
No Buy Challenge bisa menjadi salah satu bentuk komitmen seseorang terhadap targetnya. Atas dasar tantangan yang merupakan sebuah target dan diatur oleh masing-masing individu, maka tanggungjawab kembali kepada diri sendiri.
Biasanya tantangan tidak belanja secara berlebihan ini dijalankan dengan batas tertentu. Durasi bisa bervariasi, mulai satu bulan, tiga bulan, bahkan ada yang satu tahun. Namun satu yang pasti, sesuai kemampuan.
Secara perlahan kebiasaan menghindari barang-barang non-esensial terbentuk meski diawal-awal terasa berat. Kebiasaan baru menggiring seseorang yang sebelumnya bisa menghabiskan uang karena godaan belanja, tidak memanjakan hasrat konsumtif lagi.
Konsisten dengan target yang telah ditentukan, juga membantu manajemen pengeluaran. Kontrol pengeluaran yang tepat dalam jangka panjang dapat menjauhkan diri dari kesulitan finansial seperti membayar tagihan atau cicilan utang.
Kestabilan finansial memaksa seseorang lebih memperhatikan lagi pengelolaan anggaran demi kualitas hidup di masa mendatang. No Buy Challenge bisa dipertimbangkan untuk mendukung gaya hidup minimalis.
Kenaikan harga barang yang tidak dibarengi dengan perilaku bijak berbelanja hanya akan membawa pengaruh negatif. Khususnya berdampak pada kondisi finansial yang cenderung tidak stabil.
Melalui tantangan ini, kontrol terhadap pengeluaran menjadi cukup fleksibel. Dimana seseorang mampu mengenal produk apa yang benar dibutuhkan termasuk anggaran yang dikeluarkan.
Meskipun demikian, tantangan ini bukan membuat seseorang menjelma sebagai orang yang kikir hingga mengganggu kebutuhan pokok. Justru mengajak hidup hemat ditengah arus belanja yang impulsif serta komitmen terhadap prioritas.
Referensi
• Davydenko, M. and Peetz, J. 2020. Shopping less with shopping lists: Planning individual expenses ahead of time affects purchasing behavior when online grocery shopping. J. Consumer Behaviour. 19(1):1-32.
• Hagan, E. (15 Okt 2021). Why You Should Write a Shopping List...even if you shop from home. Psychologytoday. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/financial-matters/202110/ why-you-should-write-a-shopping-list
• Hendro, W.S. (01 Jan 2025). Ramai gerakan no buy challenge 2025, apasih itu? MADIUNTODAY. https://madiuntoday.id/berita/2025/01/08/ramai-gerakan-no-buy-challenge-2025-apasih-itu#
• Kamelia, R. (31 Des 2024). Apa itu no buy challenge 2025, tujuan, dan 8 cara melakukannya. tirto.id.
• Newswire. (12 Jan 2025). Apa itu tren no buy challenge yang viral, begini cara ikuti trennya. Bisnis Style. https://lifestyle.bisnis.com/read/20250112/104/1830861/apa-itu-tren-no-buy-challenge-yang-lagi-viral-begini-cara-ikuti-trennya#google_vignette