![]() |
(Doc. Pewarta) Sahabat Sahabati PMII Universitas Muhammadiyah Malang |
PMII Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sendiri lahir pada tanggal 3 Mei 1992 yang kemudian untuk pertama kalinya dideklarasikan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang, proses berdirinya tersebut tentu tidak lepas dari sebuah dinamika yang cukup rumit, resistensi menjadi sebuah konsekuensi nyata yang harus di dahapi. Namun selepas dari itu semua sejarah mencatat bahwa semangat dan giroh pergerakan sahabat-sahabat terdahulu menjadi sebuah bukti bahwa organisasi yang berlandaskan pada nilai-nilai Ahlussunnah wal jama’ah (ASWAJA) ini tidak mampu di bendung pada masalah sektoral, dan hal tersebut terbukti bahwa PMII UMM mampu untuk menyelaraskan diri terhadap lingkungan dimana ia tumbuh dan berkembang.
Sebagai kader NU sekaligus PMII di sebuah lingkungan yang memiliki nilai ideologis bersebrangan, sudah seyogianya langkah dan sikap dalam membangun lokomotif gerakan mahasiswa harus memiliki tiitk keberangkatan yang paten dan dapat menggambarkan sisi ideal, strategis, praktis, pragmatis, hingga ke persoalan administrasi.
Dalam prespektif paling mendasar menyoal kaderisasi terkhusus pada wilayah sektoral tertentu, PMII UMM harus dapat membanca ruang ruang strategis yang dapat menciptakan gerakan kolektif sebagai alat perjuangan organisasi.
Secara terminologi kaderisasi merupakan suatu proses yang bersifat continue untuk membentuk anggota menjadi kader yang paham akan ke-islaman dan ke-PMIIan, serta kompetensi dan intelektual yang kuat. Sudah sejak awal berdirinya, PMII memandang bahwa kaderisasi harus menjadi jantung organisasi yang mendorong tujuan dan target gerakan PMII dalam mencetak kader yang mampu berkontribusi nyata terhadap bangsa dan negara, hal ini lah yang harus di baca dan dicatat ulang oleh kader PMII UMM sebagai langkah strategis dalam suatu proses pembenahan arah gerak dan proyeksi kedepan.
Dalam proses penyelesaian masalah sosial yang dihadapi kader-kader PMII dalam batang tubuh kaderisasi UMM tentu hal tersebut memerlukan sebuah analisis yang bertumpu pada pemahaman paradigma sebagai kooridornya, hal ini menjadi sangat kontras ketika kita mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah dinamika dapat memperjelas arah perencanaan organisasi.
Diskusi tentang paradigma dan kaderisasi menjadi sangat penting ketika hal tersbut ditarik pada sebuah upaya untuk merevelevansikan ulang PMII dari sudut pandang kebutuhan mahasiswa UMM saat ini, artinya jati diri kaderisasi PMII UMM harus memiliki otentisitas yang murni dan sejalan dengan kebutuhan mahasiswa baik secara substantif atau filosofis serta bagaimana ruh dan tujuan kaderisasi ini harus mampu sampai ke hilirnya. (*)
*) Pewarta: Ardityya Hoswinandar, Kader PMII Rayon Cakrawala Universitas Muhammadiyah Malang.