![]() |
(Doc. Pewarta) Ketua dan Pengurus Rayon PMII Abdurrahman Wahid Komisariat Unisma |
Gejala yang dialami siswa antara lain pusing, sakit perut, mual, muntah, hingga diare. Berdasarkan diagnosis, gejala tersebut diduga kuat disebabkan makanan MBG yang terkontaminasi bakteri Salmonella, E. coli, atau Shigella.
“Seharusnya program makanan bergizi gratis (MBG) menjadi solusi, bukan justru menjadi problem di tengah carut-marutnya persoalan stunting dan gizi di Indonesia,” ujar Randi Basri, Ketua Rayon PMII Abdurrahman Wahid Komisariat, Sabtu (27/9/2025).
Insiden keracunan ini juga menimbulkan kekhawatiran para orang tua. Banyak wali murid mengaku trauma dan enggan anaknya kembali mengonsumsi makanan MBG. Beberapa bahkan meminta program tersebut dihentikan dan diganti dengan inisiatif lain.
Melihat kondisi tersebut, Ketua PMII Rayon Abdurrahman Wahid Fakultas Kedokteran Unisma mendesak pemerintah, khususnya Presiden Prabowo Subianto, untuk segera menghentikan sementara program MBG. Menurut mereka, langkah ini penting agar kasus serupa tidak merembet ke daerah lain.
“Masalah ini sudah terjadi di berbagai daerah. Pemerintah terlihat tidak memiliki kontrol yang baik hingga ke siswa-siswi penerima program. Oleh karena itu, kami mendesak agar ada langkah konkret supaya kasus keracunan tidak terulang lagi,” tegasnya. (*)
*) Pewarta: Pengurus Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat Unisma.
**) Seluruh isi berita, artikel, atau opini sepenuhnya tanggung penulis, tidak menjadi tanggungjawab redaksi.