zmedia

Drama Bandung Lautan Api: Seni yang Mengajarkan Arti Pengorbanan

(Doc. AI) Ilustrasi pahlawan pegang obor
HARIANCENDEKIA, SUMENEP - Pada Kamis, 14 September 2025, Sanggar Pangeran kembali memukau publik melalui pementasan drama realis Sejarah Bandung Lautan Api. Bertempat di halaman Annuqayah, daerah Lubangsa, pertunjukan ini sukses membawa penonton larut dalam momen heroik 23 Maret 1946, ketika rakyat Bandung memilih membakar kotanya sendiri demi mempertahankan kemerdekaan.

Sejarah mencatat, setelah Jepang menyerah kepada Sekutu di akhir Perang Dunia II, terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia. Rakyat, bersama tentara pejuang, merebut fasilitas vital dari tangan Jepang. Namun, situasi berubah drastis ketika Sekutu mendarat di Indonesia dengan dalih melucuti tentara Jepang, tetapi justru memberi celah bagi Belanda untuk kembali menancapkan kekuasaan kolonialnya.

Ketegangan memuncak saat Sekutu mengeluarkan ultimatum pada 23 Maret 1946, memerintahkan seluruh pejuang dan penduduk Indonesia meninggalkan Bandung bagian selatan dalam waktu singkat. Wilayah itu akan dijadikan markas besar pasukan Sekutu. Bagi rakyat Bandung, permintaan ini sama artinya dengan menyerahkan kota tanpa perlawanan. Keputusan pun diambil: Bandung dibakar, agar tidak jatuh ke tangan penjajah.

Melalui pementasan ini, Sanggar Pangeran berhasil menghidupkan kembali semangat pengorbanan dan persatuan para pejuang. Lebih dari sekadar hiburan, karya seni ini menjadi jembatan sejarah yang menyalakan kembali api cinta tanah air di hati para penonton.

Di tengah gempuran kehidupan modern, karya seperti ini layak mendapat ruang lebih luas agar generasi muda tidak hanya mengenang perjuangan lewat buku, tetapi juga merasakannya melalui jiwa dan emosi.

Generasi masa kini memiliki tanggung jawab untuk tetap mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata. (*)

*) Penulis: Amrozi, Pimred Harian Cendekia
ADVERTISMENTADVERTISMENT