![]() |
(Doc. Istimewa) Menteri ESDM Bahlil Lahadalia |
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kebijakan tersebut akan mendukung peningkatan kemandirian energi nasional.
“Tujuannya apa? Kita mengurangi impor. Dan etanol ini didapatkan dari singkong atau dari tebu. Dan ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi daerah, dan sekaligus pemerintahan,” ujarnya dalam acara Investor Daily Summit 2025, dikutip Sabtu (11/10/2025).
Bahlil menjelaskan, penggunaan etanol dalam BBM bukanlah hal baru di dunia. Beberapa negara telah lebih dahulu menerapkannya dengan komposisi yang bervariasi.
“Brazil sudah mencampur bensinnya dengan etanol hingga 27%, bahkan di beberapa negara bagian mencapai 100% atau E100. Di Amerika Serikat sudah E10, ada juga yang E85. India dan Thailand sudah E20, sementara Argentina E12,” paparnya.
Ia menegaskan, anggapan bahwa etanol tidak layak digunakan sebagai campuran BBM tidak berdasar.
“Jadi sangatlah tidak benar kalau dibilang etanol itu nggak bagus. Buktinya di negara-negara lain sudah pakai barang ini,” kata Bahlil.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menuturkan bahwa sebagian besar negara maju telah mengadopsi penggunaan etanol dalam BBM sebagai langkah menuju energi bersih.
“Negara lain sudah banyak. Amerika sudah E20, Brazil sudah fleksibel antara E35 sampai E100. Thailand dan India juga sudah E20, sedangkan negara-negara Eropa rata-rata E10,” jelas Eniya di Jakarta, Senin (6/10/2025).
Lebih lanjut, Eniya mengungkapkan pemerintah juga tengah menyiapkan pembangunan pabrik biodiesel di Merauke, Papua Selatan, untuk mendukung produksi etanol nasional. “Intinya di Papua kalau tidak salah ada sekitar 150 ribu sampai 300 ribu kiloliter etanol per tahun yang ditargetkan bisa diproduksi mulai 2027,” ujarnya.
Dengan langkah ini, pemerintah berharap program pencampuran etanol dalam BBM dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya lokal. (Red)
Sumber: CNBC Indonesia