HARIANCENDEKIA, SAMPANG - Aksi demonstrasi yang menuntut segera digelarnya Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, di depan Gedung DPRD Sampang, berujung ricuh pada Selasa (28/10/2025). Kericuhan pecah setelah massa aksi yang mulai bergerak sejak pukul 14.00 WIB itu dihadang aparat saat mencoba masuk ke halaman gedung dewan. Untuk mengendalikan massa yang brutal, polisi terpaksa melepaskan delapan kali tembakan gas air mata.
Koordinator aksi, Mausul, menyatakan kekecewaannya karena dihadang aparat. "Kami minta aparat kepolisian tidak menjadi penghalang kami untuk menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPRD bukan di jalan raya," tegas Mausul pada Selasa (28/10/).
Aksi yang awalnya damai dengan membawa berbagai spanduk dan poster tuntutan itu, berubah menjadi bentrokan setelah massa tak diizinkan masuk dan kemudian mulai melempar berbagai benda ke arah aparat. Aksi saling dorong dan baku pukul tak terhindarkan.
Polisi sempat melepaskan tiga kali tembakan gas air mata yang membuat massa kocar-kacir. Namun, massa kembali menyerang barikade aparat hingga polisi kembali menembakkan gas air mata sebanyak lima kali untuk meredam situasi.
Mausul menjelaskan bahwa tuntutan inti massa adalah meminta Pilkades serentak segera digelar pada tahun 2026. Menurutnya, sebanyak 143 desa di Sampang saat ini dipimpin oleh Penjabat (Pj) Kades sejak tahun 2021, yang dinilai tidak memberikan dampak perubahan positif.
"Kami menuntut agar Pilkades digelar tahun 2026. Kami minta DPR menyiapkan anggaran untuk pelaksanaan Pilkades di APBD 2026 itu," ujar Mausul.
Massa yang terdesak gas air mata mundur dari gerbang DPRD, namun tidak membubarkan diri. Mereka melampiaskan kemarahan dengan merusak fasilitas umum di sekitar Alun-Alun Trunojoyo. Akibat bentrokan ini, dilaporkan tujuh orang mengalami luka, terdiri dari empat personel polisi dan tiga pendemo, yang seluruhnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Massa akhirnya bertahan di Jalan Wijaya Kusuma hingga pukul 16.40 WIB dan ditemui oleh Wakil Bupati Sampang, RKH Ahmad Mahfud. Dalam pertemuan tersebut, Mahfud didampingi Kapolres, Dandim, dan sejumlah anggota DPRD. Pihak pemerintah daerah dan aparat keamanan menandatangani poin-poin tuntutan yang diajukan oleh demonstran.
Menanggapi tuntutan tersebut, Wakil Bupati Sampang RKH Ahmad Mahfud memberikan pernyataan.
"Saya yakin kehadiran Anda semua ke tempat ini untuk kebaikan Sampang," kata Mahfud.
Ia juga menambahkan komitmennya untuk mengawal tuntutan tersebut.
"Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan, saya tetap meminta doa dari semua yang ada di sini agar dapat diberikan kemampuan maksimal untuk mengawal apa yang menjadi tuntutan ini hingga mendapatkan hasil yang terbaik untuk Kabupaten Sampang," tutupnya. (Red)
Koordinator aksi, Mausul, menyatakan kekecewaannya karena dihadang aparat. "Kami minta aparat kepolisian tidak menjadi penghalang kami untuk menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPRD bukan di jalan raya," tegas Mausul pada Selasa (28/10/).
Aksi yang awalnya damai dengan membawa berbagai spanduk dan poster tuntutan itu, berubah menjadi bentrokan setelah massa tak diizinkan masuk dan kemudian mulai melempar berbagai benda ke arah aparat. Aksi saling dorong dan baku pukul tak terhindarkan.
Polisi sempat melepaskan tiga kali tembakan gas air mata yang membuat massa kocar-kacir. Namun, massa kembali menyerang barikade aparat hingga polisi kembali menembakkan gas air mata sebanyak lima kali untuk meredam situasi.
Mausul menjelaskan bahwa tuntutan inti massa adalah meminta Pilkades serentak segera digelar pada tahun 2026. Menurutnya, sebanyak 143 desa di Sampang saat ini dipimpin oleh Penjabat (Pj) Kades sejak tahun 2021, yang dinilai tidak memberikan dampak perubahan positif.
"Kami menuntut agar Pilkades digelar tahun 2026. Kami minta DPR menyiapkan anggaran untuk pelaksanaan Pilkades di APBD 2026 itu," ujar Mausul.
Massa yang terdesak gas air mata mundur dari gerbang DPRD, namun tidak membubarkan diri. Mereka melampiaskan kemarahan dengan merusak fasilitas umum di sekitar Alun-Alun Trunojoyo. Akibat bentrokan ini, dilaporkan tujuh orang mengalami luka, terdiri dari empat personel polisi dan tiga pendemo, yang seluruhnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Massa akhirnya bertahan di Jalan Wijaya Kusuma hingga pukul 16.40 WIB dan ditemui oleh Wakil Bupati Sampang, RKH Ahmad Mahfud. Dalam pertemuan tersebut, Mahfud didampingi Kapolres, Dandim, dan sejumlah anggota DPRD. Pihak pemerintah daerah dan aparat keamanan menandatangani poin-poin tuntutan yang diajukan oleh demonstran.
Menanggapi tuntutan tersebut, Wakil Bupati Sampang RKH Ahmad Mahfud memberikan pernyataan.
"Saya yakin kehadiran Anda semua ke tempat ini untuk kebaikan Sampang," kata Mahfud.
Ia juga menambahkan komitmennya untuk mengawal tuntutan tersebut.
"Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan kemampuan, saya tetap meminta doa dari semua yang ada di sini agar dapat diberikan kemampuan maksimal untuk mengawal apa yang menjadi tuntutan ini hingga mendapatkan hasil yang terbaik untuk Kabupaten Sampang," tutupnya. (Red)

