zmedia

Diskusi Publik IMM Tegaskan Keberpihakan terhadap Kaum Mustadhafin

(Doc. Naufal) Pemberian kenang-kenangan dari PC IMM Malang Raya kepada narasumber Luthfi J. Kurniawan, Sabtu (24/05/2025.
HARIANCENDEKIA, MALANG - IMM Malang Raya melalui Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman (TKK) dan Bidang Hikmah, Politik, dan Kebijakan Publik (HPKP) menyelenggarakan Diskusi Publik dengan tema “Penegasan Arah Keberpihakan terhadap Kaum Mustadhafin” pada Sabtu (24/5/2025) di Duta Kopi 99, Mulyoagung, Kabupaten Malang. 

Diskusi yang dihadiri oleh puluhan kader IMM tersebut bertujuan untuk menguatkan pemahaman ideologi sebagai basis dalam menentukan arah keberpihakan terhadap mustadhafin. Adapun yang didapuk sebagai narasumber ialah Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PWM Jawa Timur Luthfi J. Kurniawan dan Instruktur Nasional Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM Imam Achmad Baidlowi. 

Sebagai panelis pertama, Imam Achmad Baidlowi mengingatkan kembali akan tiga lahan pengabdian Persyarikatan Muhammadiyah, yakni pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial. 
Maka IMM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah juga mengejewantahkan lahan dakwah tersebut dalam bentuk Tri Kompetensi Dasar, yakni keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan.
(Doc. Naufal) Pemberian kenang-kenangan dari PC IMM Malang Raya kepada narasumber Imam Achmad Baidlowi, Sabtu (24/05/2025)
“Di IMM sendiri, makna mengenai kaum mustadhafin lebih cenderung ke buruh dan buruh tani. Dalam konteks Indonesia, kaum mustadhafin sebagai orang yang dilemahkan oleh sistem sangat dirasakan oleh para buruh dan tani,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa organisasi IMM nampaknya belum mempunyai keberpihakan yang lebih mendalam. Sebab selain bentuk gerakan yang hanya terbatas di pemberdayaan karikatif, IMM juga belum mempunyai grand design yang utuh mengenai keberpihakan terhadap kaum mustadhafin. 

Sementara itu, Luthfi J. Kurniawan yang menjadi panelis kedua mengingatkan para peserta diskusi yang merupakan kader-kader IMM untuk senantiasa menunjukkan agama dalam perilaku sehari-hari. Perlu dipahami bahwa kader-kader memiliki tanggung jawab moral yang melekat di setiap dirinya. Ia juga menjelaskan bagaimana konteks historis berdirinya Muhammadiyah. 

“Saat itu kondisi rakyat diselimuti dengan kebodohan, kemiskinan, lemah, tertindas. Atas dasar hal itulah, Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah hadir dengan memberikan solusi melalui pendidikan,” ucapnya.

Terakhir, ia menegaskan bahwa mahasiswa merupakan intelektual publik, bukan onderdil kampus. Maka penting bagi setiap mahasiswa untuk berilmu dan selalu membela kaum yang lemah. (*)

*) Pewarta: Naufal, Pengurus IMM Malang
ADVERTISMENTADVERTISMENT