![]() |
(Doc. Istimewa) (Kiri) Ketua Umum HMI) Cabang Malang, Mirdan Idham dan (Kanan) Menteri Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar |
Dalam acara Pengukuhan PB IKA PMII periode 2025–2030 yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, Minggu malam (13/7/2025), Cak Imin menyampaikan bahwa PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) tumbuh dari bawah, sementara HMI dinilainya tidak demikian.
“Nggak ada PMII, nggak tumbuh dari bawah, kalau ada yang tidak tumbuh dari bawah pasti bukan PMII, pasti itu HMI,” ujar Cak Imin dalam acara tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Mirdan menyampaikan kekecewaannya terhadap pernyataan Cak Imin. Ia menilai pernyataan itu tidak pantas disampaikan oleh seorang pejabat publik dan juga tidak sesuai dengan fakta.
“Tentu kami menyayangkan statment itu terjadi. Selain tidak pantas karena yang bersangkutan sebagai pejabat publik, tentu juga pernyataan itu tidak benar,” ujar Mirdan.
Ia menegaskan bahwa proses kaderisasi di HMI selalu dimulai dari bawah dan melalui tahapan yang ketat dan berjenjang, mulai dari tingkat komisariat, regional, hingga nasional.
“Seperti yang kita perhatikan bersama, tentu proses kader HMI selalu dimulai dari bawah. Sejak awal pembentukannya sampai hari ini menganut sistem meritokrasi. Dalam hal ini teman-teman yang terlibat sebagai pengurus, baik regional daerah maupun nasional, bahkan bagian bawah yaitu komisariat, tentunya melalui proses yang panjang dan tidak instan. Mereka melalui tahap-tahap tertentu dan dengan kualifikasi yang sangat serius, baik secara kepribadian maupun kelayakan secara konstitusional,” paparnya.
Mirdan juga menegaskan bahwa HMI sejak awal berdiri dilandasi oleh semangat kesadaran dan kesederhanaan, dengan tujuan utama untuk umat dan bangsa.
“Sejak awal berdirinya, HMI berangkat dari kesadaran dan kesederhanaan. HMI didirikan bukan di gedung yang mewah, tapi berdiri di kampus dengan komitmen yang jelas semata-mata demi kepentingan umat dan bangsa,” ucapnya.
Lebih lanjut, Mirdan berharap Cak Imin sebagai pejabat publik dan tokoh alumni PMII dapat bersikap lebih bijak dan arif dalam menyampaikan pernyataan di ruang publik.
“Tidak layak Cak Imin memberikan pernyataan seperti itu, apalagi sebagai pejabat publik. Dan juga sebagai tokoh alumni PMII mestinya bersikap bijak dan arif. Kita sama-sama organisasi mahasiswa Islam, harusnya saling menguatkan bukan saling mencela dan merendahkan,” tuturnya.
Sebagai penutup, Mirdan mengajak semua pihak untuk menjadikan polemik ini sebagai pembelajaran dan mendorong penguatan nilai-nilai Islam yang toleran dan inklusif.
“Toleransi dan menghargai perbedaan bukanlah nilai yang tabu dalam Islam. Islam mengajarkan kita untuk saling menghargai dan berpikir inklusif. Mari kita jadikan ini sebagai pembelajaran, untuk sama-sama ikhtiar membumikan syiar-syiar Islam sebagaimana mestinya,” pungkasnya. (Red)