zmedia

Game 1998: The Toll Keeper Story: Apakah ini Menjadi Titik kemajuan Industri Game di Indonesia?

Muhammad Abdul Hafidh Madani, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Malang
HARIANCENDEKIA, OPINI - Pada awal bulan Mei silam, developer game indie asal Tangerang yang bernama Game Changer Studio mengumumkan gim terbaru mereka yang berjudul 1998: The Toll Keeper Story. Game yang masih belum memiliki tanggal rilis ini terinspirasi dari babak terkelam dalam sejarah modern Indonesia, yakni krisis 1998.

Berlatar di suatu negara fiksi di Asia Tenggara yang bernama Janapa, game ini menjelajahi ketakutan dan kekacauan yang disebabkan oleh unjuk rasa, harga yang meroket, dan kepercayaan yang memudar terhadap pemerintah serta dilema moral yang menuntut pengorbanan-pengorbanan sulit untuk bertahan hidup. Game ini menceritakan tentang kisah penyintasan dan keibuan dari seorang penjaga tol hamil bernama Dewi, dimana kita sebagai pemain dapat menentukan nasibnya dengan membuat keputusan-keputusan yang sulit untuk dirinya dan anaknya yang belum lahir.

Game berjenis simulasi cerita ini memiliki fitur gameplay yang meliputi pemeriksaan kendaraan, dokumen, dan identitas sembari mengelola ketegangan dan sumber daya yang langka. Setiap keputusan memikul berat, mempengaruhi siapa saja yang kita perbolehkan untuk lewat dan bagaimana kita menaati atau melanggar aturan. Game ini mempunyai gaya visual ala era 90-an yang khas, dipadu dengan tekstur dot, tampilan kertas usang, dan filter kebiru-biruan, mengingatkan kita pada bahan cetakan di masa tersebut.

CEO dari Game Changer Studio Riris Marpaung, selaku sutradara untuk game 1998: The Toll Keeper Story ini, menjelaskan ide dibalik pembuatannya. Dilansir dari ‘Anaktua Podcast’, Bu Riris menceritakan bahwa ketika krisis ’98 terjadi, dia masih mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia.

Walaupun dia ikut aksi turun jalan, tapi dia tak sempat mengikuti para mahasiswa yang menduduki gedung DPR RI di Senayan yang menjadi salah satu poin penting dalam sejarah krisis ’98 ini. Maka dari itu, selama ingatan tentang masa-masa itu masih cukup membekas di pikirannya, dia memutuskan untuk membuat gim yang berdasarkan sejarah Indonesia yang krusial nan kelam ini.

Premis dari game ini juga dijelaskan oleh penulisnya yaitu Pladidus Santoso. Memakai premis "Semut dan Gajah", pemilik dari media Kokang Gaming ini menjelaskan bahwa apa yang dialami oleh Dewi dan orang-orang di sekitarnya ini merupakan situasi yang benar-benar berada di luar kendali mereka.

“Kita ingin menceritakan semut yang berada di tengah dua gajah yang sedang bertarung. Jadi mereka tidak bisa mengendalikan dua binatang besar yang sedang ribut itu. Namun semut-semut ini harus melakukan berbagai upaya untuk bertahan hidup.”  kata Pladidus.

Bu Riris turut menambahkan bahwa bila menyinggung soal tragedi ’98, yang sering muncul dari benak mayoritas warga Indonesia adalah korban yang mengalami tragedi ini secara langsung, baik itu korban jiwa, luka-luka, penjarahan, dan lain sebagainya.

Padahal banyak juga saksi-saksi dari tragedi ini yang mengalaminya secara tidak langsung, seperti para pekerja yang takut untuk meninggalkan tempat kerjanya selama kerusuhan berlangsung atau sanak keluarga yang menunggu kepulangan dari mahasiswa yang ikut demo waktu itu.

“Hal-hal seperti inilah yang ingin aku potret dalam gim ini” kata Bu Riris.

Walaupun game 1998: The Toll Keeper Story ini terinspirasi dari salah satu sejarah yang tergelap dalam Indonesia, beliau tidak menganggapnya sebagai gim yang historis. “Kita hanya menjadikan krisis ’98 ini sebagai inspirasi dan tidak bertujuan untuk membuat gim dengan sejarah yang akurat.” tambah Pladidus Santoso.

“Tapi kemungkinan bahwa kita akan mendapat ancaman dari luar memang tidak dapat dipungkiri. Hanya saja, kita lebih berfokus pada bagaimana caranya agar kita dapat menyajikan gim yang menghormati para korban yang cukup menderita karena peristiwa ini serta menjaga level sensitivitas agar tidak terlalu memicu trauma bagi mereka.” lanjut Pladidus Santoso yang dimana dia menyiratkan bahwa etnis Tiongkok adalah korban yang cukup merasakan dampak dari tragedi ’98 ini.

Gane 1998: The Toll Keeper Story ini merupakan suatu gebrakan baru dari GameChanger Studio untuk industri game Indonesia karena mereka berani mengangkat salah satu peristiwa yang gelap dan menegangkan di riwayat bumi nusantara ini.

Sebelum mereka mengumumkan judul yang terbaru ini, mereka pernah merilis trilogi My Lovely, yakni game-game simulasi manajemen yang bermuatan cerita yang suram nan kompleks dengan art-style yang menekankan tema gelap dari game-game tersebut. Jadi kita bisa mengharapkan pengalaman yang sama dari 1998: The Toll Keeper Story nanti.

Saya berharap bahwa gim ini dapat memancing keingintahuan dari warga Indonesia, khususnya dari kalangan genZ ke bawah, untuk mempelajari dan mendalami insiden yang penting dalam sejarah kontemporer Indonesia. Sebagaimana halnya game Detention yang menguak White Terror, era terkelam dalam sejarah Taiwan. (Pen/Red)

*) Penulis: Muhammad Abdul Hafidh Madani, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Malang.
ADVERTISMENTADVERTISMENT