![]() |
(Doc. Muhammad Safiudin Malik) Foto bersama para peserta PKL yang diselenggarakan oleh PC PMII Pasuruan di Hotel BJ Perdana |
Baru-baru ini, PC PMII Kota Pasuruan menggelar Pelatihan Kader Lanjut (PKL) di Hotel BJ Perdana, salah satu hotel elit dan mewah di kota Pasuruan Sebuah agenda kaderisasi yang seharusnya sarat nilai perjuangan, justru dibungkus dengan nuansa glamor dan eksklusif. Biaya tinggi, fasilitas wah, dan seremonial megah seolah menjadi standar baru dalam mencetak "Kader Pelopor Peubahan."
Namun di balik tirai megah itu, suara rakyat diabaikan. Lihatlah sekitar lokasi pelatihan itu. Masih banyak masyarakat yang hidup dalam penderitaan yang tidak tahu besok bisa makan atau tidak, yang tak mampu menyekolahkan anak, yang ditindas oleh sistem ekonomi yang timpang. Di sudut-sudut kota Pasuruan, ketimpangan masih menganga, namun organisasi yang mengaku berpihak pada rakyat justru larut dalam pesta pelatihan mewah.
PMII hari ini tampaknya mulai lupa akan pijakan sejarahnya. Dulu, PMII lahir dari rahim keresahan sosial. Ia berdiri untuk menyuarakan keadilan, bukan untuk duduk nyaman di meja kekuasaan. Ia berdiri untuk melawan kemapanan yang menindas, bukan untuk menjadi bagian dari tatanan elitis yang meminggirkan rakyat.
Tapi apa yang terjadi sekarang? Kaderisasi yang dibalut dengan kemewahan hanya akan melahirkan kader-kader palsu—kader yang kehilangan sensitivitas sosial, kader yang gagap terhadap realitas rakyat, dan yang lebih parah, kader yang hanya sibuk membangun citra di depan kamera, bukan membangun gagasan di tengah masyarakat.
Kita patut bertanya: siapa yang sedang dibentuk dalam pelatihan ini? Kader pejuang rakyat, atau pion-pion kekuasaan yang hanya siap dipoles dan dipajang?
Hati nurani kita harus terusik. Apakah pantas, di tengah kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang penuh kesenjangan, PMII justru memamerkan pelatihan mewah yang hanya bisa diakses oleh segelintir kader tertentu?
PMII seharusnya bukan milik segelintir elit organisasi yang merasa paling layak menikmati fasilitas mewah. PMII adalah milik seluruh kader dan rakyat. Jika hari ini PMII hanya dijadikan kendaraan politik pribadi, atau sekadar ajang eksistensi dan pamer kekuasaan, maka kita sedang menyaksikan kemunduran gerakan mahasiswa.
Kami tidak anti kaderisasi. Kami mendukung setiap proses intelektualisasi dan transformasi kader. Tapi kami menolak keras kaderisasi yang menjauh dari nilai-nilai kerakyatan, apalagi yang terang-terangan melanggengkan gaya hidup hedonis dan elitis.
Jangan kotori nilai-nilai PMII dengan gaya hidup yang mencederai hati rakyat. Jangan jadikan pelatihan kader sebagai panggung glamor yang penuh pencitraan. Kembalilah ke ruh perjuangan. Kembalilah pada rakyat.
Sebab jika tidak, maka bukan hanya rakyat yang akan kecewa sejarah pun akan mencatat, bahwa PMII pernah mengkhianati jati dirinya sendiri (*)
*) Pewarta: Muhammad Safiudin Malik