zmedia

Ketua DPM FKIP Unisma Kritik Baliho Klub Malam Sambut Maba di Kota Malang

(Doc. Istimewa) Baliho promosi klub malam bertuliskan “Selamat Datang Maba 2025” terpampang di Jalan Soekarno-Hatta, Malang, dan dikritik ketua DPM FKIP Unisma
HARIANCENDEKIA, MALANG - Sebuah baliho promosi klub malam bertuliskan “Selamat Datang Maba 2025 from Xoan Social Hub” yang terpasang di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang, viral di media sosial dan memicu sorotan publik. Penggunaan istilah akademik untuk promosi hiburan malam dinilai mencoreng reputasi Malang sebagai kota pendidikan.

Ketua DPM FKIP Universitas Islam Malang, Mohammad Abdillah Tegar, menyayangkan penggunaan istilah akademik dalam promosi hiburan malam tersebut. Menurutnya, baliho itu bisa menimbulkan persepsi keliru di masyarakat.

“Terkait billboard Xoan University itu, kalau orang yang tidak tahu mungkin mereka akan berpikir positif, seperti wah ternyata Malang ini sangat mendukung dan antusias menyambut mahasiswa baru,” kata Tegar, Sabtu (20/9).

Namun, ia menegaskan bahwa bagi masyarakat yang memahami konteksnya, promosi itu justru memicu kritik.

“Kalau orang yang tahu soal itu, banyak sekali yang mengkritik. Karena satu hal negatif dicampuradukkan ke dalam dunia pendidikan. Namanya juga tempat hiburan malam, itu kan banyak segi negatifnya. Kalau disandingkan dengan hal yang positif, nanti tercemar dan akhirnya menimbulkan pikiran-pikiran liar yang tidak terkontrol,” ujarnya.

Abdillah Tegar juga menyinggung fenomena komersialisasi yang semakin marak.

“Zaman sekarang orang itu gila uang, mata duitan. Pokoknya dibayar, mereka akan menyanggupi pasang billboard seperti itu,” katanya.

Ia turut mengkritisi lambannya respons pihak berwenang dalam menindaklanjuti kasus ini.

“Kenapa baru ditindaklanjuti setelah viral? Ya memang itu hal umum di Indonesia. Nunggu viral dulu baru ada tindakan,” tutupnya.

Sebelumnya, baliho tersebut menuai reaksi beragam dari warganet dan mahasiswa karena dianggap tidak pantas. Mereka menilai promosi hiburan malam dengan jargon akademik berpotensi merusak citra Malang sebagai kota pendidikan yang selama ini dijaga. (Red)