zmedia

Bangun Madura dari Akar Rumput, GMN Desak DPR Prioritaskan Pemberdayaan Nyata

(Doc. Istimewa) Gerakan Mahasiswa Nusantara (GMN) mengadakan kunjungan resmi ke Gedung DPR RI dan bertemu dengan Ketua Komisi XIII
HARIANCENDEKIA, JAKARTA - Gerakan Mahasiswa Nusantara (GMN) melakukan langkah strategis dengan menggelar kunjungan resmi ke Gedung DPR RI pada Rabu, 11 Juni 2025. Dalam pertemuan itu, GMN menyampaikan langsung aspirasi generasi muda Madura kepada Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya, legislator Partai NasDem yang mewakili daerah pemilihan Madura.

Pertemuan yang berlangsung di ruang kerja Komisi XIII itu menjadi ajang penyampaian kegelisahan kolektif anak muda terhadap kesenjangan kebijakan pusat dan kondisi riil di akar rumput. Ketua GMN, Ali Hamdan, menegaskan bahwa kebijakan pembangunan nasional masih terlalu elitis dan kerap luput dari realitas masyarakat Madura.

“Kami mencermati adanya ketimpangan antara kebijakan pusat dan kebutuhan riil masyarakat Madura. Anak muda butuh ruang partisipasi yang nyata, bukan simbolik," tegas Ali Hamdan, selaku ketua GMN.

Isu krusial seperti akses pendidikan yang timpang, minimnya beasiswa, hingga eksklusi pemuda dalam proses perumusan kebijakan publik menjadi perhatian utama GMN dalam diskusi tersebut.

Willy Aditya merespons secara terbuka dan menegaskan bahwa mahasiswa bukanlah pelengkap demokrasi, melainkan elemen penggerak yang harus dirangkul negara.

“Mahasiswa itu bukan ornamen dalam sistem demokrasi. Mereka adalah penggerak. Negara justru harus membuka ruang sebesar-besarnya untuk keterlibatan anak muda,” ujarnya.

Dalam pertemuan itu, GMN juga memaparkan sejumlah gagasan konkret untuk menggeser paradigma pembangunan dari atas ke bawah. Mereka menolak pendekatan pembangunan yang hanya mengejar proyek, tanpa dampak langsung bagi masyarakat.

Tiga gagasan utama yang diusung GMN antara lain:
  1. Pelatihan keterampilan berbasis kearifan lokal — Menghidupkan tradisi dan budaya sebagai sumber daya ekonomi.
  2. Penguatan ekonomi desa — Mendorong kemandirian dan daya tahan ekonomi komunitas.
  3. Dukungan terhadap warung kelontong— Menjadikan sektor mikro sebagai fondasi ekonomi kerakyatan.
Bagi GMN, karakter masyarakat Madura yang tangguh, berdaya juang tinggi, dan menjunjung solidaritas sosial adalah modal penting yang belum sepenuhnya disentuh oleh kebijakan negara.

Willy Aditya menyambut hangat usulan tersebut dan berkomitmen untuk menjembatani aspirasi GMN ke level pengambilan keputusan nasional.

“Kita jangan hanya menunggu reformasi besar. Pemberdayaan harus dimulai dari langkah kecil yang berdampak langsung bagi kehidupan rakyat,” pungkasnya.

Pertemuan ini bukan sekadar seremoni, melainkan penegasan bahwa aliansi antara mahasiswa dan wakil rakyat tetap menjadi kekuatan strategis dalam merumuskan arah pembangunan yang lebih adil dan kontekstual. (Red)
ADVERTISMENTIKLAN ARTIKEL