zmedia

Polres Bangkalan Takut Bikin Pos di Gunung Gigir? Ah, Masak?

Muqsid Mahfudz
HARIANCENDEKIA, OPINI - Saya iseng mengomentari video 4 mahasiswi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang sedang dikawal Polisi dari Jrengik hingga arah ke Surabaya. Video yang diunggah akun @bangakalanterkini di Instagram 27 Mei 2025 lalu, mengatakan jika mahasiswi tersebut takut untuk melewati Jalan Raya Gunung Gigir, Blega yang dikenal angker dan rawan kecelakaan.

“Paling aman bikin kantor di Gunung Gigir sih” tulis saya di kolom komentar.

Beberapa ada yang setuju agar aman dan ada penerangan jalan. Sementara yang lain acuh tak acuh. Katanya, percuma jika tidak dijaga, juga tidak menjamin akan aman.  Akun @ghamar.as7 justru berkomentar: “Polisinya yang takut bang” dengan emoticon bercanda.

Takut sih, bisa jadi. Sebab selain dikenal angker dan rawan kecelakaan, di sana juga sempat rawan teror lempar batu yang meresahkan para pengendara di bulan Oktober 2024 lalu. Yang ternyata kembali terjadi, pada 16 Mei 2025 sebagaimana juga diunggah @bangkalanterkini di Instagram. Ditambah kurangnya penerangan jalan, menjadikan vibes horornya makin nyata.

Soal kriminalitas di Jalan Raya Gunung Gigir, barangkali Polsek Blega masih merasa rasionya belum cukup tinggi. Jadi barangkali  hanya cukup ditangani dengan patroli malam yang insyaallah tidak setiap hari itu. Sebagaimana diunggah @polresbangkalan, pada 2 Oktober 2024 di Instagram.

Barangkali Mereka Takut Kegelapan

Masalahnya, pada 3 Oktober 2019 koranmadura.com mengabarkan jika Polres Bangkalan sampai mempermanenkan  Pos Polisi di tiga titik lokasi rawan begal di Bangkalan. Jadi, ini berarti mereka bukan takut diserang pelaku kriminal. Melainkan lebih terlihat takut dengan suasana gelap dan susana horornya.

Atau, bisa jadi karena takut untuk mengusulkan penerangan lalu lintas ke Pemerintah Kabupaten, untuk diteruskan pada Pemerintah Provinsi. Padahal kecelakaan di jalan dengan vibes horor itu cukup sering, sebagaimana juga diakui Pemerintah Kabupaten Bangkalan di website resminya, 03 September 2024.

Entah kenapa tidak ada penerangan jalan hingga saat ini, padahal masyarakat juga sering menyuarakan hal ini. Untuk Sementara, penangan yang bisa dibaca hanya water blasting untuk membersihkan pengendapan air garam di jalan. Sebab, faktor kecelakaan juga disebabkan oleh jalan yang licin.

Di website Pemkab Bangkalan, pengendara hanya disarankan mengurangi kecepatan dan menjaga jarak antar kendaraan. Sebab keselamatan di jalan raya menurutnya juga tanggung jawab bersama. Lantas bagaimana dengan kecelakaan di malam hari, dan jika teror lempar batu itu masih terjadi?

Bukan tidak mungkin, jika jalan itu juga akan menjadi tempat yang juga rawan begal nantinya. Lagi pula, jalan itu merupakan jalan ruas utama, dan tidak pernah sepi pengendara. Tidak jarang orang merasa tidak nyaman berkendara malam hari di sana, malah kadang memilih menunda bepergian di pagi harinya.

Penerangan Sudah Punya Banyak Inovasi

Jika masalahnya dana kan bisa pakai road stud? Dimana reflektornya bisa bercahaya di malam hari dengan simpanan tenaga surya. Atau meniru pemerintah Australia yang menangani jalan rawan kecelakaan menggunakan marka jalan yang dilapisi dengan cairan glow in the dark di Desa Victoria. Cairan ini juga bisa menyala di malam hari.

Teknologi itu disebut dengan Photoluminescent berdasarkan paparan liputan6.com, 13 Mei 2022 lalu. Juga di Belanda, sebagaimana dikabarkan bbc.com, 14 April 2014. Kemudian di Negara tetangga, Malaysia seperti yang dikabarkan detik.com, 16 November 2023 lalu.

Sementara untuk Indonesia sendiri, juga telah diterapkan di ruas jalan Bts. Kabupaten Batang-Bts. Kabupaten Kendal. Rinciannya bisa dibaca dalam penelitian berjudul “Marka Jalan Berpendar dalam Gelap: Inovasi Preservasi Jalan Berkelanjutan” karya Tisara Sita dan Dian Rusmanawati.

Di Prancis, teknologi itu dikenal Lumino Krom atau cat marka jalan berjenis fotoluminesen yang juga bisa bercahaya dalam gelap. Cat itu dibuat oleh perusahaan Olikrom. Sebuah inovasi yang hemat dana dan listrik  menurut  Tunas Chemicals,  20 Mei 2024 dalam website resminya.

Sebenarnya, masih banyak teknologi lain terkait solusi penerangan jalan untuk lokasi-lokasi yang jauh dari tenaga listrik jika Pemkab Bangkalan mahu mencontoh. Dan saya yakin Pemerintah tidak mungkin tidak tahu. (Fud/Red)
***
*) Penulis: Muqsid Mahfudz, lahir di Pamekasan, Madura. Penyuka aroma kopi dan sedikit aroma buku. Bisa disapa di @muqsdm.
*) Seluruh isi berita, artikel, atau opini sepenuhnya tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi.
**) Update Info Terbaru HARIAN CENDEKIA
Saluran WhatsApp: bit.ly/WAhariancendekia
IKLAN SIDEBAR Donasi ini akan digunakan sepenuhnya untuk mendukung operasional, pengelolaan konten, dan pengembangan website.